Hallo,,,,,Pada kesempatan ini saya akan menampilkan beberapa energi alternatif untuk pengganti bensin(BBM).......Langsung saja
BERIKUT INI ADALAH ENERGI ALTERNATIF UNTUK PENGGANTI BENSIN YAITU PEMBUATAN BIOETANOL DARI BERAS
Naiknya harga BBM seperti yang
sedang terjadi saat ini tentunya semakin membuat rakyat kecil semakin berat
dalam menghadapi dinamika hidup sehari-hari. Untunglah sudah banyak penelitian
yang dilakukan oleh para ahli terhadap bahan bakar lain sebagai bahan bakar
alternatif. Hingga saat ini yang sedang menjadi perhatian serius adalah
mengenai pemanfaatan sumber nabati sebagai bahan bakar. karena bahan bakar
nabati mempunyai banyak kelebihan, selain ramah lingkungan, juga merupakan
sumber bahan bakar yang bisa diperbarui karena sumber bahan bakar tersebut bisa
ditanam dan dikembangkan.
BAHAN BAKAR BENSIN ATAU BIOETANOL
Penelitian yang banyak dilakukan
saat ini difokuskan pada pemanfaatan bioetanol sebagai sumber bahan bakar.
Dimana dalam pembuatan bioetanol ini memanfaatkan bahan baku yang mudah didapat
dan diproduksi, seperti beras, jagung, ubi, serta jarak.
MEMBUAT BAHAN BAKAR BENSIN ATAU BIOETANOL DARI BERAS
Di beberapa negara di belahan dunia seperti
Brazil, Perancis, Jerman, Swedia, Amerika Serikat, India, dan beberapa negara
lainnya sudah sejak permulaan abad ke-20 memanfaatkan etanol sebagai bahan
bakar kendaraan bermotor. Seperti perusahaan mobil kelas dunia yang melahirkan
mobil ford, yakni henry ford telah melihat fungsi etanol sebagai bahan bakar
masa depan. Tetapi karena harga BBM jenis petroleum lebih murah, para produsen
kendaraan kemudian merancang kendaraannya dengan bahan bakar tersebut, sehingga
kehadiran petroleum jauh lebih dominan.
Namun kini, Setelah masyarakat dunia menyadari dan merasakan betapa dahsyatnya dampak negatif yang ditimbulkan BBM terhadap kelestarian alam, kesehatan manusia, serta kelangsungan hidup manusia di bumi ini, barulah mereka berupaya mencari alternatif pengganti BBM yang ramah lingkungan, tidak memiliki dampak negatif, atau setidaknya dampak negatif yang ditimbulkan tidak begitu besar.
Berdasarkan hal-hal tersebutlah, akhirnya etanol kembali menjadi bahan pertimbangan masyarakat dunia, bahkan diagung-agungkan terutama oleh para pengguna mesin otomotif. Tidak cukup disitu, pemakaiannya pun sudah meluas seperti di Brazil, Cile, bahkan Amerika Serikat sekalipun. Di negeri Samba, sekitar pertengahn tahun 1980 seluruh kendaraan bermotor sudah menggunakan etanol sebagai sumber bahan bakarnya, minimal mengandung etanol 20%. Lebih dari 90% mobil baru yang digunakan di Brazil, mesinnya dirancang untuk menggunakan bahan bakar etanol murni.
Etanol yang juga akrab dinamakan dengan nama alkohol sebetulnya sudah tidak asing lagi di telinga kita, bangsa Indonesia. Di negeri ini, sebetulnya alkohol sudah banyak diproduksi untuk kebutuhan sehari-hari, baik dalam bentuk makanan maupun minuman. Bahkan msyarakat dunia sudah memproduksi ribuan tahun yang lalu meskipun mereka tidak sadar telah mempoduksi etanol yang sebetulnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Padahal cara pembuatannya sangatlah sederhana, seperti misalnya pada makanan, hanya dengan menambahkan ragi saja sebenarnya kita sudah bisa memproduksi etanol karena pada dasarnya prinsip pembuatannya pun sama, apalagi jika bahan yang dipakai dapat menghasilkan etanol dalam kadar yang tinggi.
Di sini, Anda mestinya sudah tidak asing lagi dengan makanan bernama tape ketan, apalagi tape ketan produk Magelang yang memiliki rasa sangat istimewa. Nah, pembuatan tape ketan ini pada prinsipnya sama dengan pembuatan etanol untuk bahan bakar karena pada dasarnya di dalam tape beras ketan tersebut mengandung cukup banyak etanol. Sehingga proses pembuatan etanol itu sendiri sebenarnya bukanlah hal yang aneh bagi masyarakat kita. Selain bahan baku beras ketan, di Jepang, bahan baku beras telah diolah menjadi minuman berkadar etanol yang cukup tinggi, dinamakan sake.
Tidak hanya di Magelang dan di Jepang saja, ternyata masyarakat di belahan Eropa juga telah memproduksi etanol dengan memanfaatkan berbagai bahan baku seperti buah anggur dan gandum. Melalui serangkaian proses fermentasi, buah anggur diolah dan berubah menjadi khamer atau minuman keras atau arak yang tentunya kebiasaan (adat) dan hukum yang berlaku di sana memperbolehkannya. Tidak hanya itu, gandum juga diolah menjadi bir. Bagi masyarakat Amerika, Eropa, atau Jepang, mereka telah memproduksi etanol yang diperuntukkan bagi minuman keras seperti bir, sake, vodka, dan lain-lain. Berbeda dengan di Indonesia, pembuatan etanol telah diproduksi untuk makanan berupa tape baik tape ketan maupun tape singkong.
Dengan semakin berkembangnya jaman, menuntut perkembangan teknologi menjadi semakin pesat pula, akhirnya telah ditemukan bahwa hasil konversi etanol tidak hanya berasal dari tanaman pangan saja, melainkan juga bisa bersumber dari bagian lain dari tanaman. Bahkan, dari etanol pun kembali dikonversi menjadi produk lain.
Betapa pentingnya produk etanol ini sehingga sejak abad ke-20 hingga saat ini abad ke-21, bahan bakar kendaraan bermotor yang memanfaatkan etanol telah mencapai 2/3 produksi dunia. Artinya etanol telah diposisikan sebagai bahan bakar terbesar di belahan dunia. Di Brazil saja pemakaian etanol untuk bahan bakar kendaraan bermotornya sudah menyentuh angka 40-45% dan di Amerika Serikat sendiri tidak kurang dari 1,2% pasaran bensin bersumber dari etanol. Artinya, pasaran bahan bakar kendaraan bermotor di Amerika Serikat berjumlah sekitar 570 juta ton. Yakni, dengan pasaran etanol pada posisi 2.000 juta ton (atau 80 kali produksi dunia sekarang).
Besarnya penggunaan etanol menjadi bahan bakar tidak lepas dari tumbuhnya kesadaran manusia terhadap dampak lingkungan. Bayangkan saja, BBM telah distempel sebagai sumber utama polusi dunia, sementara etanol (bioetanol) terbukti merupakan bahan bakar terbarui yang ramah lingkungan. Tidak hanya itu, biaya pembuatannya pun relatif lebih sederhana dan lebih murah, serta tidak harus berburu sampai ke lepas pantai untuk mendapatkan sumber minyaknya.
Di samping itu, kehadiran etanol mampu mengurangi beban impor BBM. Khusus untuk Indonesia, selain bisa mengatasi krisis bahan bakar rumah tangga seperti minyak tanah dan gas, juga bisa mendongkrak peningkatan jumlah tenaga kerja yang sangat luar biasa, dan sangat cocok dikembangkan di kawasan perkebunan tanaman pangan.
Namun kini, Setelah masyarakat dunia menyadari dan merasakan betapa dahsyatnya dampak negatif yang ditimbulkan BBM terhadap kelestarian alam, kesehatan manusia, serta kelangsungan hidup manusia di bumi ini, barulah mereka berupaya mencari alternatif pengganti BBM yang ramah lingkungan, tidak memiliki dampak negatif, atau setidaknya dampak negatif yang ditimbulkan tidak begitu besar.
Berdasarkan hal-hal tersebutlah, akhirnya etanol kembali menjadi bahan pertimbangan masyarakat dunia, bahkan diagung-agungkan terutama oleh para pengguna mesin otomotif. Tidak cukup disitu, pemakaiannya pun sudah meluas seperti di Brazil, Cile, bahkan Amerika Serikat sekalipun. Di negeri Samba, sekitar pertengahn tahun 1980 seluruh kendaraan bermotor sudah menggunakan etanol sebagai sumber bahan bakarnya, minimal mengandung etanol 20%. Lebih dari 90% mobil baru yang digunakan di Brazil, mesinnya dirancang untuk menggunakan bahan bakar etanol murni.
Etanol yang juga akrab dinamakan dengan nama alkohol sebetulnya sudah tidak asing lagi di telinga kita, bangsa Indonesia. Di negeri ini, sebetulnya alkohol sudah banyak diproduksi untuk kebutuhan sehari-hari, baik dalam bentuk makanan maupun minuman. Bahkan msyarakat dunia sudah memproduksi ribuan tahun yang lalu meskipun mereka tidak sadar telah mempoduksi etanol yang sebetulnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Padahal cara pembuatannya sangatlah sederhana, seperti misalnya pada makanan, hanya dengan menambahkan ragi saja sebenarnya kita sudah bisa memproduksi etanol karena pada dasarnya prinsip pembuatannya pun sama, apalagi jika bahan yang dipakai dapat menghasilkan etanol dalam kadar yang tinggi.
Di sini, Anda mestinya sudah tidak asing lagi dengan makanan bernama tape ketan, apalagi tape ketan produk Magelang yang memiliki rasa sangat istimewa. Nah, pembuatan tape ketan ini pada prinsipnya sama dengan pembuatan etanol untuk bahan bakar karena pada dasarnya di dalam tape beras ketan tersebut mengandung cukup banyak etanol. Sehingga proses pembuatan etanol itu sendiri sebenarnya bukanlah hal yang aneh bagi masyarakat kita. Selain bahan baku beras ketan, di Jepang, bahan baku beras telah diolah menjadi minuman berkadar etanol yang cukup tinggi, dinamakan sake.
Tidak hanya di Magelang dan di Jepang saja, ternyata masyarakat di belahan Eropa juga telah memproduksi etanol dengan memanfaatkan berbagai bahan baku seperti buah anggur dan gandum. Melalui serangkaian proses fermentasi, buah anggur diolah dan berubah menjadi khamer atau minuman keras atau arak yang tentunya kebiasaan (adat) dan hukum yang berlaku di sana memperbolehkannya. Tidak hanya itu, gandum juga diolah menjadi bir. Bagi masyarakat Amerika, Eropa, atau Jepang, mereka telah memproduksi etanol yang diperuntukkan bagi minuman keras seperti bir, sake, vodka, dan lain-lain. Berbeda dengan di Indonesia, pembuatan etanol telah diproduksi untuk makanan berupa tape baik tape ketan maupun tape singkong.
Dengan semakin berkembangnya jaman, menuntut perkembangan teknologi menjadi semakin pesat pula, akhirnya telah ditemukan bahwa hasil konversi etanol tidak hanya berasal dari tanaman pangan saja, melainkan juga bisa bersumber dari bagian lain dari tanaman. Bahkan, dari etanol pun kembali dikonversi menjadi produk lain.
Betapa pentingnya produk etanol ini sehingga sejak abad ke-20 hingga saat ini abad ke-21, bahan bakar kendaraan bermotor yang memanfaatkan etanol telah mencapai 2/3 produksi dunia. Artinya etanol telah diposisikan sebagai bahan bakar terbesar di belahan dunia. Di Brazil saja pemakaian etanol untuk bahan bakar kendaraan bermotornya sudah menyentuh angka 40-45% dan di Amerika Serikat sendiri tidak kurang dari 1,2% pasaran bensin bersumber dari etanol. Artinya, pasaran bahan bakar kendaraan bermotor di Amerika Serikat berjumlah sekitar 570 juta ton. Yakni, dengan pasaran etanol pada posisi 2.000 juta ton (atau 80 kali produksi dunia sekarang).
Besarnya penggunaan etanol menjadi bahan bakar tidak lepas dari tumbuhnya kesadaran manusia terhadap dampak lingkungan. Bayangkan saja, BBM telah distempel sebagai sumber utama polusi dunia, sementara etanol (bioetanol) terbukti merupakan bahan bakar terbarui yang ramah lingkungan. Tidak hanya itu, biaya pembuatannya pun relatif lebih sederhana dan lebih murah, serta tidak harus berburu sampai ke lepas pantai untuk mendapatkan sumber minyaknya.
Di samping itu, kehadiran etanol mampu mengurangi beban impor BBM. Khusus untuk Indonesia, selain bisa mengatasi krisis bahan bakar rumah tangga seperti minyak tanah dan gas, juga bisa mendongkrak peningkatan jumlah tenaga kerja yang sangat luar biasa, dan sangat cocok dikembangkan di kawasan perkebunan tanaman pangan.
PROSES-PROSES SELAMA BERLANGSUNGNYA PEMBUATAN ETANOL
- Proses Gelatinasi
Proses gelatinasi merupakan proses penting dalam pembuatan etanol, pada proses ini terjadi perubahan bahan baku menjadi bubur, kemudian dilakukan proses pemanasan pada suhu 100°C yang diakhiri dengan proses pendinginan.
Tujuan dari proses gelatinasi ini mengubah karbohidrat menjadi gula sederhana. - Proses Fermentasi
Proses fermentasi merupakan proses perombakan yang dilakukan oleh jasad renik sebagai dekomposer (pengurai). Dekomposer pada proses pebuatan etanol dari beras ini dilakukan oleh ragi dari jenis Sacaromyses C. Dalam hal ini, proses fermentasi yang berlangsung adalah proses perubahan gula oleh ragi Sacaromyses C. Sacaromyces C ini melepaskan ikatan kimia rantai karbon dari gula dan fruktosa satu per satu, kemudian secara kimiawi kembali dirangkai menjadi molekul etanol, gas karbondioksida, serta menghasilkan panas.
Ketika proses ini berlangsung, ragi mengeluarkan enzim yang sangat kompleks, bahkan mampu merombak monosakarida menjadi etanol dan karbon dioksida. Ragi terus bekerja sepanjang waktu tanpa diperintah.
Selama proses fermentasi, ragi yang jumlahnya miliaran ini melakukan pekerjaan secara teratur dan rapi, setelah melalui proses pelepasan karbon dan mengikatan kembali menjadi etanol, proses ini mengeluarkan panas (kenaikan suhu), dimana suhu yang ditimbulkan selama proses fermentasi justru bisa mematikan ragi. Selain itu, ragi juga bisa mati ketika alkohol yang dihasilkan sudah cukup banyak. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi, yakni: - Kandungan monosakarida
- Derajat keasaman, ideal antara 4,8 s/d 5
- Temperatur mash tidak lebih dari 30°C (ragi menjadi tidak aktif pada temperatur di atas 30°C atau 32°C dan pada kadar alkohol 12%
- Fermentasi berlangsung selama 1-2 hari
- Proses Destilasi
Proses destilasi merupakan proses penyulingan untuk memisahkan antara alkohol dengan air dan bahan padat lainnya. Hasil penyulingan ini menghasilkan etanol dengan kadar 95%, Etanol berkadar 95% ini belum larut dalam bensin, tetapi sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah. Agar bisa larut dalam bensih, perlu dilakukan penyulingan kedua untuk meningkatkan kadar etanolnya hingga mencapai 99%. Larutan etanol yang dibutuhkan berkadar 99% (etanol kering), memerlukan destilasi absorbent, yaitu dengan cara memanaskan etanol 95% hingga suhu 100°C, agar etanol dan air menguap. Uap tersebut masuk melalui pipa yang dindingnya sudah dilapisi zeolit atau pati. Zeolit tersebut berfungsi untuk menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol berkadar 99%.
Etanol berkadar 99% ini sudah cukup
larut dalam bensin sehingga sudah bisa digunakan sebagai campuran bensin untuk
kendaraan bermotor.
Hal-Hal Yang Perlu Perlu Diperhatikan Saat Membuat
Bahan Bakar Bensin Atau Bioetanol
- Menyiapkan Ragi
- Sediakan ragi sebanyak 0,5 kg untuk tiap 1.000 liter mash dengan kandungan total gula yang ada pada mash berkisar antara 20-22%.
- Sebelumnya, ragi dibiakkan di dalam tangki berisi 10 liter mash selama kurang lebih 1 jam pada suhu maksimal 30°C.
- Kebersihan Peralatan
Kebersihan peralatan sangat perlu diperhatikan, mengingat hasil etanol yang diproduksi dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme lain yang tidak diharapkan serta mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan. Bakteri Azotobacter di udara bebas atau yang tertinggal pada peralatan kotor akan menghasilkan vinegar, selain itu family Lactobacillus juga akan mengubah etanol menjadi asam laktat sehingga mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan.
Proses Pembuatan Bahan Bakar Bensin Atau Bioetanol
Dari Beras
Beras yang merupakan salah satu
bahan pangan di Indonesia mengandung senyawa karkohidrat yang kompleks, dimana
tanaman padi ini termasuk salah satu sumber pati. Untuk bisa menghasilkan
etanol, sebelum melakukan proses fermentasi pati yang terkandung dalam beras
ini perlu disederhakan terlebih dahulu menjadi glukosa melalui sebuah proses
penguraian yang dilakukan oleh cendawan atau jamur. Pada proses penguraian pati
menjadi glukosa tersebut dibutuhkan aktivitas cendawan Aspergillus sp.
yang terdapat pada ragi. Cendawan Aspergillus sp. merupakan salah satu
jenis jamur pengurai makanan. Selama proses penguraian berlangsung, cendawan Aspergillus
sp. menghasilkan enzim alfaamilase dan glikoamilase. Enzim alfaamilase dan
glikoamilase inilah yang berperan penting dalam proses penguraian karbohidrat
(maltosa atau sukrosa) menjadi gula sederhana (glukosa dan fruktosa). Setelah
pati diubah menjadi glukosa, barulah fermentasi bisa dilakukan sehingga
menghasilkan etanol.
Secara sederhana dapat diuraikan bahwa pembentukan etanol terjadi karena enzim-enzim dalam ragi mengubah karbohidrat (maltosa atau sukrosa) menjadi lebih sederhana (glukosa dan fruktosa). Kemudian mengubah karbohidrat sederhana tersebut menjadi etanol dan karbondioksida.
Secara sederhana dapat diuraikan bahwa pembentukan etanol terjadi karena enzim-enzim dalam ragi mengubah karbohidrat (maltosa atau sukrosa) menjadi lebih sederhana (glukosa dan fruktosa). Kemudian mengubah karbohidrat sederhana tersebut menjadi etanol dan karbondioksida.
OKE.... itu saja yang dapat saya tambahkan, sekian dan sampai jumpa lagi di lain kesempatan
0 komentar:
Posting Komentar